Penulis : Haris ( Mahasiswa FIA Unisma)
Pemilu Raya yang disebut PEMIRA yang ditandai sebagai momen pesta demokrasi mahasiswa bertujuan untuk pergantian ketua agar terus menghidupkan lembaga legislatif.
lembaga eksekutif dan lembaga lainnya yang diharapkan ada kemajuan mahasiswa yang berproses di Ormawa m Universitas Islam Malang.
Pada hari Selasa tanggal 12/12/2023 Universitas Islam Malang menyelenggarakan Coblosan PEMIRA yang sampai sekarang Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Malang (BEM-U), belum juga disahkan karena antara kedua belah pihak belum bisa menerima karena ada perbedaan dibalik
jumlah suara serta kecurangan yang dilakukan oleh oknum mahasiswa Fakultas Hukum di DAPIL 2.
Perolehan suara dari hasil Foto penghitungan Suara Bawaslu Pusat di tanggal 12 Desember 2023 Paslon 01 mendapat 127 suara, Paslon 02
mendapat 50 suara, dan suara tidak sah 34 suara, dari DPT 734 .
Hari esoknya tepat tanggal 13 Desember 2023 pada pukul 17.45 KPU-FH mengirim berita acara di grub KPU-P dengan hasil jumlah Paslon 01 mendapat 190 suara dan Paslon 02 mendapat 15
suara, dan suara tidak sah 6 suara, dari DPT 734.
Aliansi Mahasiswa mencurigai kepada KPU-FH dan meminta untuk di cek kembali dan ketika di cek kembali KPU-FH mengirimkan hasil berita acara yang sudah diganti.
Tanggal 13 Desember Singkat cerita, perolehan suara dari berita acara yang pertama murni dari tangan KPU-P dengan bertanda tangan dan stempel yang sudah disepakati berjumlah 1490 suara Capres 01 dan 1541 untuk kemenangan 02 Capres.
Diluar Suara Perolehan diatas, oknum mahasiswa merubah hasil papan tulis dan hasil berita acara KPU F, ntah apa maksud dari tujuan nya, kita berkhusnudzon mungkin kepingin menang.
Tapi tanpa di sadari BAWASLU menemukan bukti suara perolehan murni dari Relawan Mahasiswa, saksi Calon, foto bukti dari Bawaslu pusat, dan CCTV.
Dan bisa dibuktikan dengan kemenangan Paslon O2.
Inilah yang terjadi kecurangan yang sudah di atur sistematis, terstruktur dan masif perubahan suara di Fakultas Hukum pada hari Rabu tanggal 13 Desember dan bukti nyata serta menjadi catatan sejarah tentang kemenangan yang di dapatkan dari kecurangan.
Dalam praktek politik, mulai tingkat mahasiswa sampai tingkat nasional halal segala cara, yang haram adalah kalah.
Tapi dari sini penulis mengingatkan untuk jangan meniru hal hal buruk. karena politik adalah pembelajaran, bukan hanya soal perebutan jabatan dan kepentingan kelompok, tapi politik sehat harus di terapkan.