Tuban — Musyawarah di Balai Desa Ngepon Hadirkan Kehangatan, Warga Rasakan Kepemimpinan Humanis Kades Mochamad Ali Mansyur
Di sebuah siang yang tenang di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo, balai desa tampak lebih hidup daripada biasanya. Kursi-kursi panjang telah tersusun rapi, warga dari berbagai dusun berdatangan, dan suasana hangat memenuhi ruangan. Hari itu, sebuah musyawarah penting digelar—dipimpin langsung oleh Kepala Desa Ngepon, Mochamad Ali Mansyur, sosok yang dikenal dekat dengan warganya.
Musyawarah ini bukan sekadar pertemuan, melainkan wadah harapan. Warga datang membawa suara, keresahan, mimpi, dan keinginan sederhana untuk melihat desa mereka berkembang lebih baik. Di depan mereka, Kades Ali Mansyur duduk dengan wajah tenang, mempersilakan satu per satu warga mengutarakan pendapat, tanpa sekat, tanpa jarak.
“Mari kita bangun desa ini bersama. Pemerintah desa tidak bisa berjalan sendiri tanpa suara panjenengan semua,” ucapnya, membuat suasana seketika menjadi lebih cair dan penuh kedekatan.
Yang membuat musyawarah ini terasa menyentuh adalah suasana kekeluargaan yang tercipta. Tidak ada suara yang diabaikan. Para ibu rumah tangga dengan keberanian menyampaikan kebutuhan lingkungan, para pemuda mengutarakan ide besar mereka, bahkan para sesepuh desa menyampaikan nasihat penuh kearifan. Semua didengar dengan sungguh-sungguh.
Di setiap sudut balai desa, tampak raut wajah penuh harapan. Ada yang mengangguk setuju, ada yang mencatat, dan ada pula yang tersenyum karena merasa dihargai. Musyawarah ini menjadi bukti bahwa pemerintahan Desa Ngepon berjalan bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan hati.
Kepala Desa Mochamad Ali Mansyur menegaskan bahwa setiap keputusan akan berpijak pada kebutuhan nyata masyarakat. Mulai dari pengelolaan lingkungan, kemajuan infrastruktur, hingga program pemberdayaan warga—semua dibahas satu per satu dengan teliti.
“Desa ini adalah rumah kita. Apa pun yang kita rencanakan hari ini, akan menjadi pijakan untuk masa depan anak cucu kita.”
Ucapan itu membuat suasana hening sejenak, namun penuh dengan kekaguman. Warga memahami bahwa pemimpin mereka benar-benar hadir untuk melayani, bukan dilayani.
Ketika musyawarah berakhir, warga keluar dari balai desa dengan perasaan lebih ringan. Ada optimisme baru yang tumbuh, ada sinar harapan yang menyala di wajah mereka. Musyawarah hari itu bukan hanya tentang program, tetapi tentang persatuan, gotong royong, dan kehangatan yang mendalam.
Di Desa Ngepon, kepemimpinan humanis yang ditunjukkan oleh Mochamad Ali Mansyur telah menghidupkan kembali semangat kebersamaan. Musyawarah yang sederhana itu menjadi bukti bahwa ketika pemimpin dan rakyat berjalan bersama, masa depan yang lebih baik bukan hanya impian—melainkan kenyataan yang sedang dibangun sedikit demi sedikit.


