KEBUMEN – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Legislator DPR RI Dapil 7 Jawa Tengah meliputi Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen Bambang Soesatyo menegaskan pentingnya pendidikan karakter bangsa mengingat arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan terjadinya degradasi moral. Arus globalisasi telah menggelontorkan nilai-nilai asing yang dipandang lebih maju dan modern secara membabi buta. Gadget kaya fitur, seperti smartphone, telah membuat anak-anak cenderung anti sosial.
“Degradasi moral adalah sebagian dari sekian banyak persoalan yang dihadapi seiring laju perkembangan zaman. Hal itu terjadi akibat masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama secara komprehensif. Ajaran agama dimaknai secara sempit, tergerusnya sikap toleransi, berkembangnya paham ekstremis bahkan munculnya sikap dan perilaku yang menegasikan Pancasila sebagai dasar negara,” ujar Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di lima kecamatan di Kabupaten Kebumen, Minggu (17/12/23).
Turut hadir antara lain, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Kebumen Halimah Nurhayati, Anggota DPRD Kabupaten Kebumen Partai Golkar Pawit, Caleg DPRD Provinsi Jawa Tengah Partai Golkar Dapil Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen Dwi Nugroho Marsudianto serta para Caleg Partai Golkar DPRD Kabupaten Kebumen.
Dalam safari Sosialisasi Empat Pilar MPR RI hari kesepuluh di Dapil 7 Jawa Tengah, Bamsoet yang juga Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada lima kecamatan di Kabupaten Kebumen. Antara lain Kecamatan Sadang, Karangsambung, Alian, Poncowarno dan Kutowinangun.
Total sudah 14 dari 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen yang didatangi Bamsoet. Antara lain Kecamatan Sruweng, Puring, Kuwarasan, Adimulyo, Prembun, Padureso, Bonorowo, Mirit, Ambal, Sadang, Karangsambung, Alian, Poncowarno dan Kutowinangun.
Sebelumnya, Bamsoet telah bertemu dengan para tokoh masyarakat di 244 desa dan 15 kelurahan dari 18 kecamatan Purbalingga serta 266 desa dan 12 kelurahan dari 20 kecamatan Banjarnegara.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, terpinggirkannya ideologi bangsa tercermin dari hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) yang dirilis pada bulan Mei 2023. Sekitar 83,3 persen pelajar SMA berpendapat bahwa Pancasila dapat diganti.
Sebelumnya, Survei Komunitas Pancasila Muda pada tahun 2020 menunjukan sekitar 19,5 persen generasi muda menganggap Pancasila hanya sekedar istilah yang tidak dipahami maknanya. Sedangkan Survei SMRC pada tahun 2022 memperlihatkan bahwa dari tingkat yang paling elementer sekalipun, pengetahuan dasar masyarakat tentang Pancasila masih belum optimal.
“Teknologi informasi turut memiliki andil terjadinya degradasi moral. Keasyikan berselancar di dunia maya telah merenggut waktu-waktu bersama keluarga, yaitu waktu di mana nilai-nilai kearifan lokal kita diajarkan. Dampaknya, nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, adab sopan santun, penghormatan terhadap adat dan budaya, menjadi ‘barang asing’ bagi generasi muda bangsa,” kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menambahkan untuk membangun benteng ideologi haruslah termanifestasi pada langkah-langkah yang terintegrasi pada semua lini. Penanaman nilai-nilai Pancasila harus menyentuh segenap elemen bangsa, mengisi seluruh dimensi ruang publik, serta hadir konsisten dalam ruang akademik.
“Guna membangun generasi bangsa yang berhati Indonesia dan berjiwa Pancasila, dibutuhkan komitmen dan kesadaran kolektif dari segenap elemen bangsa untuk bahu-membahu, bergotong royong, bekerja sama dan bekerja bersama, serta mengedepankan prinsip sinergi dan kolaborasi. Harus menjadi kesadaran kolektif bahwa proses internalisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara masif, sehingga menjangkau seluruh elemen masyarakat,” pungkas Bamsoet. (*)